Sudah Satu tahun lebih beberapa bulan saya memakai Yamaha Scorpio, rasanya pantaslah untuk membuat beberapa catatan untuk motor ini.
Sejak memiliki motor ini saya lebih sering naik motor
daripada naik mobil. rute Megalang, Jogja, Gunungkidul, dan kadang-kadang
Semarang menjadi rute yang sering saya tempuh. Oo iya, motor ini saya kasih
nama Jlitheng. Karena warna dan nuansanya yang dominan warna hitam.
My Scorpio on duty |
Ada beberapa perubahan dan penambahan pada motor ini. yang pertama adalah adalah alarm pengaman, tujuannya untuk pengaman saja. Maklum motor baru ada rasa kawatir kalau-kalau digasak maling yang makin meraja lela. Tambahan berikutnya adalah top box belakang. Karena termasuk jenis motor baru dan jarang yang memakainya braket boxnya termasuk sulit didapat. Akhirnya harus membuat braket custom dari braket Honda Ti*er. Tambahan top box belakang memang bukan untuk gaya-gayaan. Secara fungsional memang sayaterbiasa membawa berbagai barang trutama jas hujan dan peralatan darurat. Selain itu dengan adanya box barang belajaan susu dan daypers untuk anak jadi gampang dibawanya. Tinggal masukkan box dan tancap gas.
Perubahan selanjutnya ada pada bagian ban. Ban bawaan sudah
diganti dengan ban tubeles. Alasan penggantian dengan ban tubles karena
mempertimbangkan rute jelajah saya yang melewati berbagai kondisi jalan dan
daerah. Tentunya akan menjadi repot kalau motor terkena paku di tengah hutan
jati darha Gunungkidul. Dengan ban tubeles, serta perlatan tambal dan pompa
kecil di dalam box akan membuat tenang perjalanan karena tidak akan was-was
kalau mpes ban sewaktu-waktu. Untung sampai saat ini tudak terjadi. Cukup sulit
untuk mendapatkan ukuran ban yang saya inginkan. Ukuran ring 18 menjadikan
pilihan ban menjadi terbatas. Akhirnya dapat ban merek FDR. Dengan ukuran depan
110 dan belakang 120. Pilihan ukuran besar lebih karena pertimbangan penampilan
saja. Biar lebih gagah. Namun selain itu motor juga semakin terasa mantap dan
stabil, terutama untuk melalap tikungan. Namunmotor menjadi berat dan kecepatan
berkurang. Sekarang untuk mencapai kecepatan 140 sudah terasa ngoyo. Tapi tak apalah, toh waktu beli Jlitheng
tujuannya bukan untuk ngebut, tetapi untuk kenyamanan berkendara.
(heee…pura-pura alim gak doyan ngebut, sapa tahu istri baca tulisan ini….)
Tambahan lainya hanyaah pernik-pernik kecil saja seperti
tambahan lampu led untuk rem, bottle cage untuk tempat bekal bawa minum, dan switch
lampu hazard, serta hand guard.
Pada bagain mesin tidak mengalami perubahan.Awalnya oli yang
saya gunakan adala oli Yamaha, tetapi sekarang menggunakan Shell Helix H5.
Pilihan pada oli jenis ini hanya alasan ekonomis saja, karena mobil juga
menggunakan oli ini, jadi sisanya bisa digunakan untuk oli motor.
Sejauh ini tidak ada keluhan dengna Oli yang saya gunakan.
Terikan, kopling dan suara masen terasa baik-baik saja.
Mencoba motor dengan berbagai kecepatan dan kondisi jalan
terasa tidak ada keluhan sama sekali. Hanya saja untuk perjalanan jauh lebih
dari 200km kadangbagian lutut dan betis terasa pegal, menurut saya iki karana
posisi foot step yang kurang mundur, mengingat posisi kaki saya yang termasuk
tinggi 176 cm.
Tapi over all cukup memuaskan dengan motor ini, walau dalam
hati kadang pingin untuk mencoba motor yang lebih besar lagi….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar